Pendaki Pemula : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 21 - 23 Oktober 2016

Satu minggu setelah pulang dari Papandayan, di Southbox Jakarta Selatan dan tanpa mas Irwan, kami mencetuskan naik lagi ke Gunung Gede Pangrango. Ketauan yaa nggak kapok, malah nagih.. haaa..

Tim Pendakian Kali ini

SEJARAH (cr : www.mandalawangicibodas.com)
Gunung Gede-Pangrango merupakan dua gunung yang terdiri dari gunung Gede dan Gunung Pangrango. Walaupun seperti menyatu, ketinggian gunung Gede Pangrango berbeda. Ketinggian Gunung Gede adalah 2.958 m dpl (diatas permukaan laut). Sedangkan ketinggian gunung Pangrango adalah 3.019 m dpl. Kedua gunung ini dihubungkan oleh gigir gunung serupa sadel pada ketinggian +_ 2.400 m dpl, yang kita kenal saat ini sebagai daerah Kandang Badak.
Gunung Pangrango yang lebih tinggi , memiliki puncak berbentuk kerucut yang relatif mulus. Ini menandakan tipe gunung yang usianya relatif masih muda dan belum pernah meletus. Untuk Gunung Gede walau ketinggiannya lebih rendah, namun masih aktif. Ini daapat kita lihat dari keberadaan kawah-kawah aktif antara lain Kawah Wadon, Kawah Ratu, Kawah Baru, dan Kawah Lanang.
Titik puncak Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini tak lagi utuh karena telah dihancurkan oleh letusan volkanik yang terjadi berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl); kawah-kawah dan puncak Gunung Gede yang sekarang terletak pada bekas kawah Gunung Gumuruh lama yang telah punah. Di antara gigir Gunung Gede dan gigir Gunung Gumuruh itulah terletak lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana (2.750 m dpl), yang penuh tertutupi oleh rumpun edelweis jawa yang cantik.


Persiapan Pendakian Gunung Pangrango

Menyatu dengan Alam
TNGGP ini salah satu gunung yang pendakiannya mengantri karena kuotanya terbatas per harinya, jadi kita harus prepare dari jauh-jauh hari. Setelah sepakat (minus mas Irwan yang katanya kala itu sedang kencan), akhirnya kami memutuskan untuk mendaki gunung Pangrango melewati jalur cibodas.

Pendaftaran untuk pendakian Gunung Gede-Pangrango dilakukan minimal 30 hari sebelum pendakian. Booking online bisa dilakukan via website resmi TNGGP di http://booking.gedepangrango.org

Kami, terutama trio newbie (bersama Sari dan Tiari) tentu saja sudah diberitahu bahwa pendakian ini nggak akan sama seperti pendakian Papandayan. This is more serious! Jadilah kita latihan fisik bersama *kadang aku latihan sendiri juga sih. Maklum, aku sadar diri karena waktu di Papandayan aja aku sering ketinggalan, gimana ini yang lebih mantap track-nya dan lebih jauh.




Jalur Pendakian via Cibodas
Jalur pendakian Cibodas (cr : www.infopendaki.com)

Tidur di Basecamp
Pendakian kali ini kami bersepuluh orang yang terbagi dua kloter keberangkatan dari Jakarta. Aku ikut kloter pertama (6 orang) yang seperti biasa kumpul di McD Fatmawati *belakangan aku tahu itu modusnya Lusi biar deket sama kosannya. Hmm..

Kami berangkat sekitar jam 9 malam dan sampai di Cibodas (basecamp) sekitar jam 12 malam dan kloter kedua entah kapan sampainya karena tiba-tiba mereka udah nongol ketika kami (aku) bangun. Kami numpang tidur di warung-warung yang ternyata disediakan juga tempat istirahatnya. Berhubung aku pemula, seperti sebelumnya aku tidak begitu memperhatikan pos-pos apa saja yang kami lewati. Aku hanya ingat beberapa tempat indah yang berkesan selama aku mendaki. Oke, mari kita melakukan perjalanan ke Puncak Pangrango.. lets check it out!


Start - Telaga Biru
Telaga Biru
Jam 6.30 pagi kami sudah berjogrok di pos registrasi yang ramainya bukan main. Mungkin karena ini adalah daerah wisata juga sih, dekat dengan Jakarta, jadi mudah untuk dijangkau para pendaki yang sekedar ingin menikmati suasana pegunungan maupun melepas kerinduan dengan alam.

Mulai pendakian seperti biasa kami berdoa bersama. Deg-degan juga karena bisa dibilang ini pertama kalinya aku benar-benar mendaki. Biasanya kalau praktikum Geofisika cuma naik bukit turun bukit bawa alat segede gabang, itu pun pakai acara istirahat mulu.

Formasi Lengkap Ladies!
Perjalanan menuju Telaga biru ini didominasi oleh batu-batu besar yang sudah disusun seperti anak tangga. Mungkin karena masih objek wisata kali ya, jadi masih rapi jalannya. Kami membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk sampai kesini, kalau di web 30 menit sih.. beda tipis lah.. hahaa..

Salam Newbie
Kami berfoto-foto sejenak di Telaga yang cantik ini. Koreksi, cewek-ceweknya aja yang foto-foto karena yang cowok cuma istirahat di pos. Jangan tanyalah kalau Trio Newbie, mata kita udah berbinar-binar liat spot bagus buat eksis.

Sekilas tentang Telaga Biru, telaga ini memiliki luas sekitar 5 Ha dan terletak pada ketinggian sekitar 1575 mdpl. Jarak dari pintu masuk jalur Cibodas kira-kira 1,5 km. Air telaga ini berwarna biru jika ditempa sinar matahari karena banyak terdapat gangga biru di dalamnya (www.mandalawangicibodas.com)


Telaga Biru - Rawa Denok
Sempet-sempetnya pose dulu
Sampe uga di Rawa Denok
Perjalanan menuju Rawa Denok masih didominasi dengan batu-batu yang tersusun rapi. Kami membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi ini. Rawa Denok ini memang merupakan rawa luas yang di atasnya sudah dibangun sejenis jembatan yang memudahkan orang untuk lewat. Yah, walaupun beberapa kayunya terlihat sudah rapuh, bahkan banyak yang sudah berlubang sehinggga kita harus ekstra hati-hati untuk melewatinya.

UJourney

Rawa Denok - Mata Air Panas

Tasnya Tiari butuh reparasi
Setelah melewati rawa denok ini sepertinya emang baru mulai sih pendakiannya. Jalannya mulai nggak sebagus sebelumnya. Banyak yang sudah hancur atau longsor. Tanjakannya juga udah mulai bikin napas ngos-ngosan. Kami membutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan untuk sampai kesini. Lama yaaa.. haaa..

100 meter sebelum mata air panas, kami beristirahat untuk makan siang berhubung udah jam 12.30 siang dan perut udah mulai berkotek. Menu makan siang ini dipersembahkan oleh indomie dan kawan-kawannya..


Yuk lanjut Jalan.. *udah ngemut Madu aja...
Istirahat Maem Siaangg


Mata Air Panas - Kandang Badak
Jalan Melewati Mata Air Panas

Kami memulai perjalanan kembali pukul 13.30 siang. Jalan mulai sangat-sangat tidak beradab sampai tanjakan yang bagi aku lumayan menguras tenaga. 100 meter dari tempat istirahat kami bertemu mata air panas yang jalannya hampir nggak kelihatan karena tertutup oleh uap. Selain nggak terlihat, jalan juga sangat licin karena selalu terlewati oleh air. Sesuai namanya, air ini panas ya saudara-saudara, jadi jangan maen nyemplung aja kalau nggak mau melepuh.

Kaki sempet keseleo juga karena nginjek batuan yang nggak stabil. Dengan semangat 2016 yang dipaksa oleh diri sendiri akhirnya aku tetep jalan juga. Hahaaa..

Lewat Air Terjun Kecil
Satu jam kemudian kami melewati Air terjun kecil Panca Weuleuh, beneran cuma lewat doang nggak mampir! Padahal kayaknya enak banget berenang siang-siang di saat tubuh panas dan basah oleh keringat. Dengan iming-iming nanti pulangnya bisa kembali kesini, akhirnya aku nggak jadi membelokkan kakiku ke arah panggilan air terjun yang menggoda itu.  Kami  sampai di Kandang Badak 1 jam selanjutnya. Kami memutuskan untuk berkemah di Kandang Badak mengingat ada salah satu teman kami yang cidera lutut dan hari mulai hujan.

Adek lelah kakak.. jalannya mulai nggak beradab... T.T

Berkemah di Kandang Badak

Akhirnyaaa sampai juga disini.. walau aku kira ada Badaknya beneran sih yaa.. Tempat kemah ini cukup luas sehingga dapat memuat cukup banyak tenda. Tempat ini juga difasilitasi dengan 3 buah toilet dan satu mushalla yang kadang dihuni oleh pekemah yang kedinginan. Beberapa penjual juga terlihat. Air bersih pun cukup mudah didapatkan disini. Jadi sejauh ini cukup nyaman lah untuk berkemah disini walau ramainya ampun udah kayak pasar kaget. Beberapa pendaki yang ingin suasana lebih sepi biasanya akan berkemah di mandalawangi.


Perjalanan Menuju Puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi

Go go Go!
Ambil napas dulu
Kami berangkat setelah sarapan pagi sekitar jam 8.30 pagi. Satu hal yang aku syukuri ketika kami melewati jalan ini adalah bahwa kami nggak bawa keril. Jalan  sudah banyak sekali yang longsor, pohon-pohon tumbang malang melintang memenuhi jalan sehingga kami harus menelusup serong kanan kiri, tanah-tanah yang berlekuk membentuk parit-parit kecil tanda sering dilalui air yang cukup membuat perjalanan naik turun, terkadang malah harus memanjat yang tingginya melebihi tinggi tubuhku sendiri, serta lumut-lumut licin menghiasi perjalanan kami. Pulangnya? mikirnya nanti aja deh! HAHA

Alhamdulillaah Puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl
Sekitar tiga jam kemudian kami sampai di Puncak Pangrango. Yeay! 3019 mdpl here we come! Honestly, the peak is not as beautiful as I thought.. aku membayangkan negri di atas awan gitu sih dan nggak aku dapatkan di gunung Pangrango ini. Akhirnya kita hanya berfoto sebentar *buat formalitas aja kalau udah sampai puncak lalu kami melanjutkan perjalanan turun ke lembah Mandalawangi.
Lembah Mandalawangi yang penuh dengan Edelweiss
Diantara Bunga Edelweiss

Lembah ini tidak jauh dari puncak Pangrango. Jalan yang menurun penuh tumbuhan lebat kemudian kita disajikan pemandangan menyerupai lapangan luas yang ditumbuhi pepohonan edelweiss. Hujan yang mulai turun sejak kami menginjakkan kaki di puncak membuat kami tambah kedinginan. Pasalnya, kami juga tidak membawa bekal makanan yang cukup sehingga naga-naga di perut aku terpaksa menahan semburan apinya. wkwkwkwk..
Basah, Dingin, Lapeeerrrrr tapi tetep bisa tertawa
We need hug of course, the tight one..
Edelweiss ohh edelweiss.. sebelumnya di Papandayan aku bertemu bunga satu ini yang masih kuncup, sekarang dia menampakkan warna kekuningannya padaku. Membuat aku semakin jatuh cinta pada bunga ini. Sebelumnya aku hanya pernah melihat edelweiss kering yang baunya masyaallaah nggak mau aku cium. This is the real her! Btw, dia fotogenik loh!
Nah ini dia, cantik kan?


Balik dari Mandalawangi menuju Kandang Badak hujan semakin mengguyur kami tanpa ampun. Deras sederas-derasnya sehingga membuat jalan menjadi licin dan berlumpur. Belum lagi beberapa track yang sebelumnya kami panjat, kali ini kami harus melompat turun.. atau.. seringnya kami terpaksa maen perosotan gratis daripada terjatuh.. haha.. Jas hujan pun sudah tak lagi berguna. Kami semua basah kuyup. Kedinginan bener-bener nggak oke jika disatukan dengan kelaparan.


Perjalanan Pulang ke Base Camp

Kami mulai perjalanan turun ba'da maghrib karena baru sampai ke kandang Badak sekitar jam 3 dengan kondisi lelah dan lapar. Kami makan istirahat dan beres-beres perlengkapan. Perjalanan pulang ini bagi aku parah banget karena aku ngedrop. Tensi langsung menurun karena si bulan ternyata udah datang dari tadi pagi. Dunia tempatku berpijak serasa kebolak balik. Badan juga jadi lemes banget. Padahal udah di dopping sama penambah darah sih, tapi tetep aja nggak ngaruh. Mungkin karena capek juga. Keren bener dah si bulan milih datengnya hari ini. Haaaa..

Kecepatan kami (aku) turun bisa dibilang sangat lambat. Itu pun akhirnya dibantu Rifian. Dengan semangat pengen pulang dan cepet istirahat aku melangkahkan (menyeret) kakiku. Aku tiba di basecamp sekitar pukul 02.30 pagi dan sampai rumah sekitar pukul 5 pagi.


Nah, sekian cerita perjalanan kali ini. Kalau ditanya kapok apa nggak, aku tetep jawab belom kapok. Hahaaaa..

See u in the next trip!

Comments