Naik Gunung Beneran : Merbabu - Merapi, 4 - 7 November 2016

Hai Travellers!

Dua minggu berselang dari pendakian Gunung Pangrango, kali ini kami mendaki 2 gunung sekaligus, yaitu Merbabu dan Merapi. Kenapa aku bilang naik gunung beneran? karena aku baru merasakan feel-nya naik gunung ya disini. Sebelumnya kayaknya cuma piknik deh itu.. hahaa.. persiapan fisiknya nggak terlalu oke sih berhubung 2 minggu sebelumnya baru naik Pangrango yang track nya cukup lumayan buat kaki bengkak. Pada Pendakian kali ini aku mendapat 1 teman baru lagi, namanya Vina (*bukan panduwinata).

The Highest  Peak of Merbabu Mountain (Puncak Kenteng Songo) 3142 mdpl
Dari awalnya ada 8 orang yang berencana ikut pendakian, akhirnya satu per satu mengundurkan diri dengan berbagai macam alasan hingga tersisa 4 orang, aku, Vina, Rifian dan mas Irwan.

Semangat dan Energy Full
Sempet galau juga karena aku nggak begitu kenal sama Rifian dan Mas Irwan.. Vina apalagi, ketemu aja belum pernah. Jadi berasa nggak punya pegangan hidup *lebay* bahahaaa.. si Lusi pesen kalau ada apa-apa ngomong aja ke Vina. Katanya si Lusi udah titipin aku ke Vina. Berasa apaan aja ya aku dititipin. Satu lagi, mereka udah expert lah naik gunung, yang ada nanti aku ketinggalan dan ngerepotin mereka..

Sebelum naik ke Basecamp

Mas Irwan yang seharusnya 1 kereta bersama Sari dan Tiari jadi sendirian. Begitu pula aku yang seharusnya satu kereta dengan Lusi dan Dika. Yup, kita terbagi menjadi 3 kloter keberangkatan. Mas Irwan duluan, Vina dan Rifian, terakhir aku. Ngeri-ngeri sedap takut kelewatan stasiun pemberhentiannya sih kalau sendiri. Kalau tiba-tiba bangun udah sampe malang gimana coba? kan jadinya naek Semeru aku.. ehhh...

Sebenernya aku juga hampir nggak bisa ikut karena ada acara sahabat aku di Bandung. Di hari ketika aku mau membatalkan tiket, eh, Mba Maya dengan panik telpon, takut aku udah terlanjur batalin tiket, karena ternyata acara yang di Bandung itu dibatalin. Jadinya batalin pesenan hotel di Bandung deh bukan tiket ke Solo.

First time I meet her.. :D
Emang yee.. aku berjodoh dengan Merbabu dan Merapi ini. Hohoo.. Hari itu pula aku langsung pindah haluan dengan mempersiapkan barang-barang untuk pendakian. Padahal udah santai-santai tas belom dicuci, sleeping bag masih di laundry, sepatu untungnya sih udah sempet dicuci jadi nggak dekil-dekil amat. Jaket pinjeman? nggak jadi dibalikin laaahh.. wkwkwk..



pemandangan toiletnya langsung alam bebas..wkwkwk
Berhubung tanggal 4 ada aksi damai dan ternyata kantor diliburkan, akhirnya aku berangkat dari rumah diantar ayahku yang tanpa diminta menawarkan mengantar ke stasiun Pasar Senen. Kayaknya sih dia masih penasaran mau ikut aksi damai di Monas itu berhubung udah dilarang sama emak yang parno takut si Babe kenapa-kenapa. Aku sampai di stasiun lebih awal 3 jam dari keberangkatan. Aku kira jalanan bakal macet, eh ternyata sepi banget karena banyak kantor yang diliburkan. Aku malah sempet ketemu Vina dan Rifian di musholla karena kecepetan datengnya.

Sambil nungguin Vina ke toilet dapet momen ini..hahaa
Jam 3 pagi aku sampai di stasiun Solo Balapan. Alhamdulillah nggak kelewat karena ditelpon Vina. Kami menyewa mobil ke basecamp Jalur Pendakian Wekas *tadinya mau naik dari Selo. Kami sampai di basecamp Wekas sekitar jam 7 pagi *mampir dulu beli bahan makanan soalnya.

Ready to Go! at Wekas Basecamp
Kami diantarkan mobil sampai titik tertinggi sebelum basecamp yang bisa dilalui. Disana kami merapikan perlengkapan yang tadi dibeli kemudian jalan menuju basecamp. Sampai basecamp aku langsung mencari toilet, langsung tanya sama bapaknya. Ngacir sendiri kesana, sampai di toilet aku kaget karena itu ruangan terbuka,bener-bener terbuka nggak ada penutupnya apalagi pintu. hahaa.. Tapi berhubung alam sudah memanggil aku jalanin juga walau deg-degan kalau tiba-tiba ada orang yang nongol.

Balik dari toilet aku pas-pasan sama mas Irwan yang sakit perut juga, bahaha untung aja, kalau dia 5 menit aja lebih awal, nggak tau deh muka aku mau ditaro dimana. Sampai di tempat tiket nggak lama mas Irwan nongol. Dia shock toiletnya kayak gitu dan akhirnya nggak jadi ke toilet. Langsung mampet! Hahahaaaa..


Base camp - Pos I Telaga Arum

Langkah awal dari basecamp

Di basecamp kami istirahat dulu sampai jam 9.30 baru kemudian memulai perjalanan setelah tentunya mengambil foto grup dan berdoa. Jalan menuju pendakian Merbabu jalur Wekas benar-benar berada di depan basecamp. Oke, masalahnya adalah jalan di depan mata itu tingkat kecuramannya cukup tinggi sehingga aku merasa perlu mengambil napas dalam-dalam. Perjalanan menuju pos I ini awalnya memang masih ditutupi konblok yang rata tapi naik terus booo nggak ada yang datar. Dari awal jalan depan basecamp aku udah jalan alur zig-zag biar nggak ngegelinding kayak bola dan nggak cepet lelah.

Teh anget penyelamat
Jalanan konblok berganti dengan tanah merah yang aku bayangkan kalau hujan pasti licin banget kayak perosotan. Baru sampai setengah jam perjalanan tiba-tiba aku merasa pandangan mata gelap dan kaki melemas. Aku langsung teriak ke Vina minta berhenti karena kalau dilanjutkan pasti aku pingsan. Sampai udah duduk pun pandangan aku masih gelap. Tanda-tanda kayak gini aku tahu maag aku kumat, padahal tadi pagi udah ngabisin 2 bungkus roti biar maag aku nggak kumat *belakangan aku tau dari dokternya mending sarapan sereal daripada roti isi karena si selainya buat asam lambung naik. Akhirnya aku makan si fitbar, minum obat maag sama teh hangat. Alhamdulillaah 5-10 menit kemudian aku merasa baikan. Kebayang dong baru awal perjalanan aku harus pulang? Big Noooooo!

Pos Bayangan sebelum Pos Bayangan I 
Perjalanan terus berlanjut masih dengan tanah merah, ternyata 15 menit kemudian kami sampai di persimpangan Genikan, 10 menit selanjutnya kami sampai di Pos Bayangan sebelum Pos bayangan I dan 10 menit selanjutnya tibalah kami di Pos Bayangan 1. Pukul 11.15 akhirnya kami tiba di Pos1 Telaga Arum. Jadi total perjalanan kami dari basecamp ke Pos 1 adalah 1 jam 45 menit.

Alhamdulillaah sampai sini maag aku nggak kumat-kumat lagi. Mungkin karena diobati dengan foto-foto sih yaa.. haha. Tapi beneran deh jalur Wekas ini jarang ada jalan yang datar. Lumayan membuat napas ngos-ngosan. Berhubung dua minggu yang lalu aku juga baru dari Pangrango, sepertinya aku jadi nggak gampang capek seperti yang aku rasakan waktu pertama kali naik Papandayan. Paling nggak, disini aku nggak berhenti setiap 5 menit sekali untuk narik napas. Hebat yaa tubuh kita beradaptasi setiap kali dipaksa untuk melebihi kapasitas biasanya yang dia lakukan dan ajaibnya emang bisa. Jadi kesimpulannya semakin aku sering naik gunung semakin biasa juga kali ya tubuhku menerima. Begitu juga dengan hawa dingin di atas yang selalu menghantui. halah...

Pos Bayangan I

Keliatan banget kan senengnya sampe ke Pos I


Pos I Telaga Arum ke Pos II Wekas
Mas Irwan yang ketinggian sampai ngerangkak
Jalan dari Pos I ke Pos II ini semakin curam, masih berupa tanah merah gundul seperti tadi tanpa rerumputan dan kadang diselingi oleh batu-batuan yang membuat kami sedikit ekstra memanjat berhubung ketinggian si batu melebihi pinggang aku. Pemandangan disini mulai terlihat mantap apalagi kalau tidak tertutupi oleh pohon-pohon lebat. Berasa deh kalau kita sudah berada di ketinggian.

Menuju Pos II pemandangannya mulai keren deh
Sebelum sampai ke Pos II kami melewati pos bayangan II yang aku mulai nggak ngerti dan berfikir buat apa ada pos bayangan ini tanpa ada tempat istirahat. Masalahnya, dengan adanya pos bayangan aku merasa di PHP seakan-akan pos sebenarnya sudah dekat padahal masih nun jauh disana. See, aku benci di PHP dalam bentuk apapun! wakakak.. *curcol. Waktu tempuh kami dari Pos I ke Pos II adalah 3 jam 15 menit.
Pemandangan Pos 2 Wekas, terlihat luas kan?
Jam 2 siang kami sampai di Pos II dan menggelar lapak untuk menyiapkan makan siang sekaligus istirahat. Makan siang ini terasa nikmat banget berhubung kita memang sudah lapar. Di pos 2 ini kami masih menemukan sumber air, katanya disini merupakan sumber air terakhir, jadi kami memenuhi botol-botol kami yang sudah kosong berhubung perjalanan kami masih sampai esok hari melewati jalur selo yang tidak ada sumber air.

Buka lapak dulu yaaa..
Makan siang yang super enaaakk


Pos II Wekas ke Puncak Merbabu
Abis makan siang jalannya begini semua.. bahahaa..
Jam setengah 4 kami berjalan kembali, menurut orang-orang perjalanan ke puncak memakan waktu 3 jam perjalanan dari sini. Perjalanan pun semakin berat, lebih curam dan hari semakin dingin. Akhirnya ketika senja tiba, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat cukup lapang yang kami temui. Tempat tersebut cukup tertutup semak dan pohon sehingga angin yang menimpa kami berkurang. Setelah makan malam, kami pun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk esok hari.

Sempet-sempetnya pose walau udah lelah
Akhirnya gelar tenda juga sodara-sodaraa.. makan malam kali ini disponsori oleh mi instan
Semangat banget lah mau summit walau gelap juga
Ibuuu.. pagi-pagi manjat tebiiing

Jam 2 pagi kami sudah bangun dan bersiap-siap menuju puncak merbabu. Tepatnya jam 3 pagi kami mulai berjalan. Ternyata setengah jam kemudian kami sudah sampai di pertigaan pemancar yang katanya tanahnya cukup luas untuk mendirikan tenda. Memang sih cukup luas, tapi terbuka banget sampai tenda-tenda disana miring-miring terkena angin. Kami bersyukur kami memutuskan untuk bertenda di tempat kami sebelumnya, karena kalau bertenda disini dijamin nggak akan bisa tidur!

Menuju puncaak
Dingin yaaa *ternyata

Sampai di pertigaan Puncak Syarif dan Kenteng Songo
Tariiiikk napas mang!
Jam 5.10 pagi kami sampai di persimpangan antara puncak Syarif (3119 mdpl) dan puncak Kenteng Songo (3142 mdpl). Memang gunung merbabu ini mempunyai beberapa puncak, yang tertinggi adalah puncak Kenteng Songo. Kami memutuskan untuk mengunjungi puncak Syarif terlebih dahulu yang sudah terlihat di depan mata. Kami singgah di puncak ini sebentar saja dan langsung turun dan melanjutkan perjalanan ke puncak Kenteng Songo.

Pemandangan dari Puncak Syarif yang berawan
Alhamdulillaah puncak Syarif walau kabutnya tebel bener
Alhamdulillaah yeay!
Menuju Puncak Kenteng Songo ini kami harus melewati jalur setan. Dibilang jalur setan karena kami harus melipir sebuah tebing yang hanya dapat dilewati 1 telapak kaki. Masih menggendong tas keril, aku ragu-ragu mau lewat. Berhubung aku rada takut ketinggian yaa tapi mau nggak mau lewat sih, walau dengan kaki gemeteran. Niatnya nggak mau liat ke bawah, tapi emang harus liat ke bawah karena pijakan kakinya nggak rata, kadang ada kadang nggak. Untungnya jalan ini cuma sekitar 15 meter, kalau lebih jauh lagi mungkin aku udah minta gendong. wakakakka..

Om gantian oom..
Siap-siap melipir Jalur setan


Jam tujuh pagi kami sampai di Puncak Kenteng Songo. Disini kami berhenti cukup lama sambil memuaskan diri dengan pemandangan puncak Merbabu yang cerah ini. Saking cerahnya sampai hampir tidak ada awan sehingga pemandangan gunung Merapi dengan jelas terlihat di depan kami. Disini kami menggelar lapak sambil minum-minuman hangat dan makan pagi seadanya.

Hidup Indonesia!

Puncak tertinggi Gunung Merbabu dengan view Merapi.. subhanallaah
Harus banget megang ini.. haaa
Sampai di puncak Merbabu ini, aku berasa bener-bener naik gunung karena pemandangan disini bener-bener terbuka. Kerasa banget deh kalau kita bener-bener berada di puncak ketinggian. Terharu banget aku bisa menginjakkan kaki disini. Ini adalah gunung tertinggi dalam rekor pendakian aku. Subhanallaah walhamdulillaah.. terima kasih ya Allaah...


Puncak Kenteng Songo - Watu Lumpang (via jalur Selo)

Nah, turun dari puncak Merbabu via jalur Selo, kami disuguhkan pemandangan yang ciamik. Perbukitan merbabu yang hijau dilatar belakangi oleh gagahnya Gunung Merapi. Bikin betah nggak bakal mau pulang pokoknya. Alhamdulillah selama pendakian ini kami tidak berjumpa dengan hujan sehingga dapat benar-benar menikmati pemandangan selama perjalanan.
Baru turun dari Kenteng Songo udah kayak gini pemandangannya
Foto lagi dan lagi
Perjalanan ke Watu Lumpang kami bertemu dengan pohon-pohon edelweis yang menghiasi perjalanan, dan yang agak lumayan adalah turunan panjang tepat sebelum watu lumpang yang aku pikir bakal parah banget kalau posisinya aku berjalan naik. Selama berjalan turun aku terus-terusan bertemu pendaki yang walau tanpa keril mereka terlihat ngos-ngosan (fyi, pendaki yang lewat jalur selo ini rata-rata berkemah di Sabana 2 dan meninggalkan barang bawaannya di sana).

Tanjakan dengan Puncak Fatamorgana
Untungnya aku turun bukan naik.. hahaa
Setiap bersapa dengan mereka, mereka selalu bertanya "masih jauh kah mba puncaknya?" sampai-sampai aku kasian karena puncak sebenarnya bukan puncak bukit ini melainkan ada pada bukit-bukit setelahnya lagi. Beberapa pendaki yang pernah mendaki merbabu via selo ini memang mengatakan bukit ini seperti puncak bayangan. Seperti puncak tapi puncak sebenarnya masih jauh lagi..

Harus banget foto di tiang ini


Watu Lumpang - Sabana 2
Lewatin pemandangan ini sebelum masuk Sabana 2
Sabana 2

Siang hari kami baru sampai di Sabana 2. Sesuai namanya, pos ini merupakan dataran sabana luas yg berisi rerumputan jarang pohon sampai-sampai aku bingung mencari tempat untuk buang air kecil. Di sabana ini kami susah payah cari tempat yang agak terlindung dari angin tapi nggak ada. Alhasil kami masak sambil menjaga barang-barang tetap berada di tempatnya (panci aja bisa terbang sangking kuatnya angin yg berhembus).

Di sabana 2 ini kami istirahat makan siang. Kami menghabiskan semua perbekalan makanan yang ada agar tidak berat membawa pulang. Kalau foto-foto sih nggak usah ditanya, pasti disempet-sempetin lah. Kami tentu saja sempat mengabadikan indahnya sabana ini.

Disini tentu saja tidak ada sumber air, kalau ada pastilah pohon-pohon tinggi bukan rerumputan yang akan menghuni tempat ini. Saran nih ya, kalau cuaca lagi berangin mending kalian menjauhi tempat-tempat terbuka seperti ini deh kalau berkemah, yah itu kalau kalian nggak mau masuk angin dan mengganggu perjalanan kalian selama mendaki sih. Paling nggak cari satu dua pohon yang agak besar buat kalian berlindung. Soalnya anginnya bener-bener dahsyat sampai kalian pun berasa mau terbang. wkwkwkwk.. Lebay nggak sih aku? Pokoknya stay safe ya guys kalau cuacanya lagi berangin kayak gini..

Ketemu Edelweis yg lagi mekar.. cantik yaa..
Katanya mau ngibarin spanduk tapi gagal.. haha
Masak-masak sambil nahan angin


Sabana 2 - Sabana 1 - Basecamp Gancit Selo
Diantara pohon edelweiss
Alhamdulillaah Sabana 1

Perjalanan turun setelah sabana 2 nggak begitu aku ingat karena aku dan Vina sama-sama berlari turun. Perjalanan via jalur selo ini aku rasakan cukup panjang dibanding jalur wekas. Mungkin karena aku juga udah lelah kali yaa.. Dari Sabana 1 kami bertemu salah satu guide yg memberitahu kami bahwa ada jalur baru selain jalur Selo yaitu jalur Gancik. Menurut guidenya, jalur ini lebih dekat, tapi lebih curam. Berhubung waktu sudah agak sore, akhirnya kami memutuskan untuk lewat jalur gancit ini mengikuti beberapa pendaki juga.


Turun Terusss
Di pertengahan perjalanan kami kehabisan air dan jujur aku dehidrasi banget! tapi gimana lagi emang harus dipaksa tetap berjalan. Aku sampai jalan paling akhir sampai ada tulisan yg kira2 isinya "awas ada demit" *maap lupa tulisannya apa.. baru aku lari lagi mendahului rifian. Hahaaa.. Kalau ada begini kok tiba2 bisa ada tenaga lagi ya semangat 45? wakakakk..

Pos Terakhir sebelum Basecamp.. tetep ninggal jejak.. wkwkwk
Mendekati ke pintu gancik yang ternyata merupakan tempat wisata, jalan mulai melandai dan diisi oleh tumbuhan-tumbuhan pinus yang oke banget dinikmati. Beberapa kali aku bertemu dengan beberapa pendaki yang baru mulai naik atau mungkin hanya mau berkemah dekat-dekat situ.

Iya kak Pina.. makasih ditunjukin jalannya


Basecamp Selo (Merbabu-Merapi)

Tiba di pintu pendakian gancikjam 5 sore. Hal pertama yg kami lakukan adalah beli minum! Aku langsung menghabiskan 1 botol pocari sweat ukuran besar serta 1 botol akua 600ml. Bener-bener kehausan deh.. Setelah istirahat kami harus berjalan lagi ke basecamp.. aku ditawarin naik ojek sih.. tapi melihat jalanannya.. aku memilih jalan kaki aja.. hahaa..

Ganciiikkk.. yeaaay
Sebelum maghrib kami sudah sampai di basecamp dan bersih-bersih. Selama perjalanan turun, rencananya hanya Fian dan Vina yang melanjutkan perjalanan ke Merapi. Aku dan mas Irwan tinggal di basecamp. Eh, selesai aku dan Vina mandi, mas Irwan tiba-tiba bilang mau ikut naik merapi juga. Aku bilang sih aku tinggal di basecamp aja takut menghambat perjalanan mereka. Tapi akhirnya mereka berhasil menghasut aku ikut naik merapi dengan embel-embel yg komandoin jalan adalah aku dan bakal pelan-pelan mengikuti jalan aku yg kayak keong. Yang paling utama, mereka berjanji nggak bakal ninggalin aku dan akan jalan bareng-bareng.

Pintu pendakian Merapi - Pos 1


Pendakian ke Merapi

Satu-satunya pos yang kita foto.. maklum sudah lelah..
Jam 7 malam kami semua tidur karena jam 12 malam nanti kami mulai mendaki merapi. Kami naik ojek ke pintu pendakian. Keril kami tinggal di basecamp dan membawa perlengkapan secukupnya aja. Pendakian yang seharusnya katanya sampai pasar Bubrah hanya 4 jam, kami lalui selama 5 jam berhubung ngikut jalan keong aku.

Sunrisenya di jalan.. wkwkwk
Jalan ke merapi ini dimulai dengan tanjakan terjal yang sudah dilapisi konblok. Lumayan bikin ngos-ngosan sehingga aku berkali-kali minta berhenti untuk mengambil napas. Kami berjalan beriringan kayak lagi main kereta-keretaan biar nggak ada yang ketinggalan. Komando perjalanan tetep ada di aku.. wkwkwkk..

Merbabu saat sunrise
Kami berhenti di pos 2 untuk beristirahat dan makan pagi. Sekalian sambil mengambil beberapa foto bertemakan sunrise. Bagus emang, tapi behind the scene nya kami menahan gemeletuk gigi yang kedinginan. Disini pemandangan cukup cerah sehingga kami mendapatkan view gunung merbabu. Aku nggak percaya kemarin pagi aku di puncak merbabu sana, hari ini aku udah nangkring di gunung merapi. Ternyata kalau ada kemauan semua pasti bisa yaaa...

Masih semangat.. aku pasti bisa

Sampe ditarik Vina.. hahaa
Kami sampai pasar bubrah jam stgah 6 pagi. Angin disini kenceng banget sampai2 kami susah memegang spanduk takut ikut kebawa terbang. dengan muka bercampur debu dan pasir, kami berhasil mendapatkan foto super dekil tapi bagus *pemandangannya.

Alhamdulillaaaah sampee.. 
Pose dulu lah
Pulang turun dari Merapi.. hilang sudah janji-janji manis mereka buat nungguin aku jalan. Aku ngerti kok kalau mereka capek.. jadi aku nggak ada usaha buat manggil mereka juga. Untungnya itu jalur sejelas jalur pantura jadi aku ngerasa ga bakal kesasar. Engg.. walau kadang salah ambil jalan juga sih sehingga aku harus meloncat. Sesekali aku juga ketemu pendaki lain yang bisa aku ajak ngobrol. Lumayan walau cuma saling menyapa sekedar kata "hati-hati" dan "semangat".

Pasar Bubrah



Ngibarin spanduk Ujourney
Anginnyaaaa..
Larangan untuk melanjutkan pendakian
Detik-detik terakhir aku berhasil mendahului mas Irwan yang sepertinya udah lelah juga. Mungkin karena turun lututnya udah nggak kuat. Jempol kaki aku juga nggak kuat sih karna nahan sepatu.. makanya pas jalan konblok yang curam aku nekat jalan mundur dibantu mas Irwan.. kalau nggak gitu mungkin dua jam kemudian aku baru sampe di bawah. wakakaakkk..

Nyampe basecamp lagi
Jam 10 kami balik ke basecamp dan bersih-bersih serta packing lagi. Kami diantar ke bawah ke terminal. Kemudian kami naik bus ke arah solo. Kami sampai di solo sore hari dan terbang sudah rencana makan tengkleng atau apalah itu berhubung kami harus mengejar kereta di stasiun solo balapan. Kami makan nasi di terminal, kemudian lanjut lagi makan mi ayam bakso di depan stasiun solo balapan.. dan emejingnya.. itu aku abisin semua looh!
*tambahan.. malemnya aku sama Vina masih nambah popmie

Okee.. sekian perjalanan aku kali ini.. sampai jumpa di perjalanan berikutnyaaaa..

Bapak-Bapak siap pulang


Ibu-ibu juga
Lelah yaa.. ciaan..

Comments