Jumpa lagi Travellers..
|
Jembatan Ampera Malam Hari |
Kali ini kami bener-bener nekat lah. Kira-kira sebulan sebelumnya, waktu ada pengumuman GMT yang hanya lewat di Indonesia dan pas banget hari libur Nasional, aku langsung cari tiket di kota terdekat seperti Bangka dan Palembang. Walau harga tiket di keduanya sama, tapi jadwal pesawat yang memungkinkan itu cuma palembang. Cari pasukan yang terdiri dari 4 cewek manis (Mba Maya, Melly dan Fifi), akhirnya kami book tiket pesawat ke Palembang PP seharga 600rb. Lumayan kan?
8 Maret 2016
|
Pindang Patin |
|
Jajanan sejenis pempek di bakar |
Kami tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II pada jam 9 malam. Ternyata, di luar bandara sudah tidak ada taksi. Semuanya habis dipesan atau tidak ada yang mau menuju jembatan AMPERA karena macet. Akhirnya kami ditawari sejenis mobil omprengan dengan harga 120rb rupiah. Itupun kami tidak diturunkan di dekat jembatan AMPERA, tapi di sebelah gedung Walikota Palembang. Berbekal bertanya pada teman kami dan GPS, akhirnya kami berjalan kaki menuju jembatan AMPERA sambil menikmati suasana malam kota Palembang.
|
Jadwal Gerhana Matahari Total di Palembang |
|
Pempek Model |
Sepanjang perjalanan ke jembatan, kami berhenti di beberapa spot menarik seperti di depan Benteng Kuto Besak. Pemandangan disini adalah sungai Musi dengan background lampu warna-warni yang berasal dari Jembatan AMPERA. Kami mengambil beberapa foto sambil mencari makanan khas Palembang. Kami menemukan makanan sejenis pempek yang ada isinya dan makannya dicocolkan ke cuko kental. Harganya seribu satu buah.
|
Kucel bin Kumel tapi teteeep eksiiisss hahaa |
Berjalan ke arah Masjid Agung Palembang karena kami berniat bermalam disana.. hehee.. Kami menemukan tempat makan yang masih buka di pinggir jalan. Akhirnya kami makan malam dengan menu pindang patin dan model. Sayang, nasinya udah keras. Mungkin karena sudah malem banget yaa.. Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan lagi. Ternyata, di depan Masjid Agung ada MONPERA (Monumen Perjuangan Rakyat). Kami mampir befoto di sana tengah malam. Hahaaa.
MONPERA
Pasca proklamasi kemerdekaan RI, berbagai wilayah di nusantara masih
mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II. Seperti
yang terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar
garis demarkasi menyulut pertempuran. Karena terdesak perlawanan pejuang
nasionalis, mereka meminta bantuan, yang pada akhirnya membuat para
pejuang nasionalis tersudut.
|
Berpose di Monumen Perjuangan Rakyat Palembang.. Semangaaat! |
Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang
dengan mengerahkan tank dan artileri. Penjajah Belanda juga menembaki
pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta
granat. Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang
selama 5 hari 5 malam dan menghancurkan sebagian kota ini.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan
RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera
Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan.
Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan
dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen.
Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh
Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama
Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).
(sumber: http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/monpera-simbol-perjuangan-rakyat-yang-bergelora)
Nah, sekilas tentang MONPERA. Selanjutnya kami menikmati pemandangan air mancur di depan masjid dan bukannya belok ke Masjid. Kami meneruskan berjalan ke arah jembatan AMPERA. Pukul 01.00 dini hari, polisi sudah sibuk menutup jembatan AMPERA buat event besok pagi. Sejumlah kendaraan diminta keluar dari kawasan jembatan karena memang banyak yang parkir dan nongkrong disana, termasuk kami. Heheheee..
Puas menikmati pemandangan jembatan AMPERA, kami kembali menuju Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I. Awalnya kami khawatir tidak boleh masuk, tapi ternyata waktu sampai disana.. sudah ramai banget orang-orang bergelimpangan buka lapak tidur. Hahaaa.. Akhirnya kami masuk dan menemukan lapak.. tapi deket toilet.. hikss..
|
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang |
9 Maret 2016
|
Gerhana Sebagian |
Jam 4 pagi kami sudah bangun dan berencana untuk mandi di kosan teman kami, Syifa, yang kebetulan bekerja sebagai pegawai Kantor Pos setempat. Berbekal koordinat GPS, kami menelusuri gang kecil di samping masjid. Ternyata, kosan dia terletak di seberang kantor walikota Palembang. Hohooo..
Bergantian menumpang mandi, Syifa berangkat terlebih dulu karena dia dan teman-temannya membuka booth di dekat jembatan Ampera. Setelah mandi dan shalat, kami pun berangkat menuju jembatan Ampera jamsetengah 6 pagi. Rencananya sih mau sekalian beli sarapan, tapi ternyata warungnya belum ada yang buka. Kami mencari lapak buat menonton gerhana baru kemudian mencari makan di booth-booth di sekitar jembatan Ampera.
|
Menjelang Gerhana Matahari Total |
|
Pagi-pagi nongkrong depan Benteng Kuto besak |
Pukul 06.20 gerhana sudah mulai tampak. Tapi sayang, pemandangan kami
terganggu oleh asap yang berasal dari Pabrik Pupuk. Haduuh. Kami agak khawatir
kalau nanti waktu gerhana total kami tidak bisa melihat karena tertutup oleh
asap. Tapi alhamdulillaah, tepat jam 07.20 ketika gerhana total terjadi, si
Matahari memutuskan nongol di antara asap pabrik dan semua orang langsung tepuk
tangan. Lega kali yeee bisa lihat, ternyata bukan cuma aku yang khawatir,
wkwkwk.
Momen 2 menit saat Gerhana Matahari Total, habis gemuruh tepuk tangan dan
teriakan, tiba-tiba suasana jadi hening. Pasalnya, langit jadi gelap banget,
membuat bulu kuduk aku merinding. Mungkin karena gelapnya tiba-tiba gitu.
Suasananya jadi spooky banget. Mungkin itulah kenapa ada mitos kalau Gerhana Total
itu membawa ketidakberuntungan, penyakit atau bahkan kiamat. Tapi di Palembang,
suasana yang spooky ini dihiasi oleh warna-warni lampu dari jembatan Ampera
yang indah. Walaupun aku sudah melihat indahnya kerlap-kerlip jembatan Ampera
tadi malam, tapi serius deh feel yang didapat beda banget ketika melihatnya
saat Gerhana Matahari Total.
|
Mampir dulu ke Booth-nya Kantor Pos Palembang |
PULAU KEMARO
Jam 8, setelah menikmati suasana Gerhana Matahari Total, kami berencana
jalan-jalan. Kami mampir dulu ke booth Kantor Pos. Kemudian akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Pulau Kemaro.
Mengunjungi pulau ini kita harus menyeberang selama kurang lebih 30 menit dari
muara di depan Benteng Kuto Besak. Awalnya bapaknya meminta harga 200rb PP tapi
kami berhasil menawar 120rb PP.
|
Jembatan Ampera dan Sungai Musi |
LEGENDA PULAU KEMARO
Pulau Kemaro, merupakan sebuah Delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Pulau Kemaro terletak di daerah industri,yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Pulau kemaro berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang. Pulau Kemaro adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi. Di tempat ini terdapat sebuah vihara cina (klenteng Hok Tjing Rio). Di Pulau Kemaro ini juga terdapat kuil Buddha yang sering dikunjungi umat Buddha untuk berdoa atau berziarah ke makam. Di sana juga sering diadakan acara Cap Go Meh setiap Tahun Baru Imlek
Di Pulau Kemaro juga terdapat makam dari putri Palembang, Siti
Fatimah. Menurut legenda setempat yang tertulis di sebuah batu di
samping Klenteng Hok Tjing Rio, pada zaman dahulu, datang seorang
pangeran dari Negeri Cina, bernama Tan Bun An,
ia datang ke Palembang untuk berdagang. Ketika ia meminta izin ke Raja
Palembang, ia bertemu dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah. Ia
langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah. Merekapun menjalin
kasih dan berniat untuk ke pelaminan. Tan Bun An mengajak sang Siti
Fatimah ke daratan Cina untuk melihat orang tua Tan Bun Han.
Setelah
beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang. Bersama mereka disertakan
pula tujuh guci yang berisi emas. Sesampai di muara Sungai Musi Tan Bun
han ingin melihat hadiah emas di dalam Guci-guci tersebut. Tetapi
alangkah kagetnya karena yang dilihat adalah sayuran sawi-sawi asin.
Tanpa berpikir panjang ia membuang guci-guci tersebut kelaut, tetapi
guci terakhir terjatuh diatas dek dan pecah. Ternyata didalamnya
terdapat emas. Tanpa berpikir panjag lagi ia terjun ke dalam sungai
untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya. Seorang
pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi kedua orang itu
tidak kunjung muncul. Siti Fatimah akhirnya menyusul dan terjun juga ke
Sungai Musi. Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan
makam untuk ketiga orang tersebut.
(sumber: wikipedia)
|
Pempek Lenggang |
Dari Pulau Kemaro, kami mengunjungi jalan Mujahidin yang isinya toko pempek semua. Kami masuki salah satunya yang paling dekat dan ternyata enak. Kayaknya sih semuanya enak deh, jadi pilih aja salah satunya. Kalau nggak yakin cari aja yang kira-kira ramai pengunjungnya. Hehee. Pokoknya sepanjang jalan itu adalah bermacam-macam toko pempek, mau dicobain satu-satu juga boleh asal muat perutnya. wkwkwk. Oh iya jangan lupa untuk mencoba menu es kacang merahnya yaaa..
|
Pagoda di Pulau Kemaro |
Selesai mencoba makanan paling khas dari Palembang ini, kami menuju Bandara. Di perjalanan kami mampir ke Pempek Candy untuk beli oleh-oleh. Tiba di bandara, ternyata pesawat kami delay. Hahaa. Akhirnya kami duduk-duduk saja di bandara yang lumayan nyaman. Ada kursi pijatnya juga loh!
Nah, sekian perjalanan absurd kita kali ini.. sampai jumpa di perjalanan berikutnya!
|
Ada Sultan Mahmud di Uang 10rb.. hehehe.. |
REKAPITULASI KEUANGAN
- Tiket pesawat Lion Air PP Rp600rb
- Charter mobil ke Ampera 120rb/4 Rp 30rb
- Cemilan di jalan Rp 20rb
- Makan Malam Rp 30rb
- Sewa Kapal ke Kemaro 120rb/4 Rp 30rb
- Makan Pempek Rp 25rb
- Taksi ke Bandara 180rb/4 Rp 45rb
- TOTAL Rp775rb
Salam kenal
ReplyDelete