Kota Tua and Jakarta Adventure August 22, 2015

Fatahillah Field, taken at 2nd Fl Fatahillah Museum

Bosan pingin jalan-jalan tapi ga ada budget?
Bagi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya bisa mengunjungi Kota Tua Jakarta.

Jam 7 pagi, aku janjian dengan Galuh di stasiun Jakarta Kota. Kita duduk sebentar sambil sarapan sushi isi nugget yang aku siapkan tadi pagi. Berhubung Galuh belum pernah kesini, jadilah aku tour guide dadakan. :D

Kawasan Kota tua terdiri dari berbagai bangunan yang kebanyakan museum.  Kali ini, aku hanya mengunjungi beberapa tempat saja, yaitu Museum Fatahillah dan Museum Wayang.


SEJARAH

Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Kota Tua Tourism Map

Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.

Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.

Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda.
(cr : Wikipedia)


LAPANGAN FATAHILLAH

Eating Otak-otak goreng.. one of special betawi's food

Lapangan Fatahillah ini terletak persis di tengah-tengah. Jadi, hampir semua bangunan kota tua terlihat dari sini. Banyak orang-orang yang menampilkan karya seninya seperti patung, musik, dll. Tapi, kalau mau berfoto dengan mereka, kita harus bayar yaa..

With Floating man.. what's the trick? hmm..
Selain itu, disini juga menyediakan tempat penyewaan sepeda ontel juga looh (sepeda tua jaman kumpeni belanda). Lengkap dengan topi kumpeni dan noni belanda kalau mau..



MUSEUM FATAHILLAH
Museum Fatahillah

Museum Fatahillah Entry Ticket
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
(cr : Wikipedia)

Museum Fatahillah tampak Belakang

Tujuan pertama kita Museum Fatahillah yang paling terkenal. Bertahun-tahun aku tinggal di Jakarta, sekalipun belum pernah masuk museum ini. Ahahaha. Agak serem juga karena ada penjara bawah tanah segala. Sempet bingung karena loket beli karcis sama pintu masuk berbeda. Sebelum masuk ke dalam, kita disuruh berganti dengan sandal yang sudah disediakan. Mungkin agar kotoran yang dibawa dari luar tidak masuk yaa.
One Of Historical Painting

Museum ini termasuk kecil dan terdiri dari 2 lantai, tapi banyak benda-benda dan ruangan bersejarah di dalamnya. Di beberapa ruangan, mungkin hanya perasaan aku, tapi suasanya seram sekali. Aku dan Galuh akhirnya mengabadikan beberapa benda bersejarah.

Another Historical painting
Keluar dari museum lewat pintu belakang, kami disapa oleh beberapa anak. Ternyata mereka anak SMP yang dapat tugas mewawancarai pengunjung museum. Galuh sampe ketawa ngakak, soalnya, dulu waktu di Benteng Van Deburg Jogja, kita ngalamin juga hal kayak gini. Di Sunmor UGM juga kalo nggak salah. Emang tampangku oke sih buat di wawancara.. ahahahahaa.. *astaghfirullaah. Seperti sebelumnya, kali ini Galuh juga kabur meninggalkan aku buat diwawancara.. dasaaaaarrrrrrrr..

Interview Session *adeknya malu2.. >.<


Finally.. I make this interview with this Junior High Scholl girls

Berbekal rasa simpatik sama adek2 yang aku kira udah kuliah.. *abisnya tampangnya kok lebih dewasa daripada aku. Akhirnya aku menerima tawaran wawancara itu demi tugas sekolah mereka. Kasian kan udah panas-panas nggak dapet hasil..
Nggak tau sumur apa.. tapi ada ikannya loh..

Habis wawancara, kita istirahat dulu sambil makan rujak bebek (baca : beubeuk) khas betawi yang pedesnya masyaallaah. Disitu ada kerak telor dan selendang mayang juga loh.. Setelah itu kita foto-foto lagi di lapangan Fatahillah


MUSEUM WAYANG

In front of Wayang Museum

Museum Wayang Entry Ticket

Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.

Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Tiongkok dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
 
Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.
Pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan.
(cr : Wikipedia)

Selanjutnya kami mengunjungi museum wayang yang ada di sebelahnya. Harga tiketnya sama dengan museum fatahillah. Disini, ada berbagai jenis wayang dari yang klasik seperti punakawan sampai yang modern seperti si Unyil dkk. Jenis wayang kulit maupun wayang golek pun ada. Ukurannya pun bermacam-macam, bahkan ada pula yang tingginya melebihi aku maupun Galuh.
With Gatot Kaca.. One of The Legend

Galuh with Gatot Kaca

Waktu ke lantai dua, agak serem karena ternyata masih sepi banget. Aku udah ngebayangin aja wayangnya bergerak sendiri.. hiiyyyyy. Di lantai atas, terdapat berbagai jenis wayang dari mancanegara. Kalau kamu suka wayang, kamu pasti suka berada disini. Kalau aku, jujur saya aku takut berada disini, apalagi ditambah suasana museum yang remang-remang. Galuh langsung menarik aku ketika aku mblusuk ke bagian wayang dari China yang membuatku teringat film-film vampire china. Ahahahaa. Mengarah ke pintu keluar, ada satu paket gamelan lengkap, pengiring pertunjukan wayang. Oh iya, kata petugasnya, wayang-wayang ini jangan dimainin yaa.. nanti kesurupan! Begitu katanya ketika menegur anak-anak SMP yang sedang study tour.
Gamelan Full Set
Exit

Ternyata, di museum ini diadakan pagelaran wayang juga loh! Aku dan Galuh akhirnya menonton sambil istirahat sejenak. Lumayaaann adeeem. Untung saja, kami mengerti bahasa jawa, jadi bisa menikmati pagelaran wayang. Btw ini pertama kalinya aku nonton pagelaran wayang langsung loh! Ternyata seru juga, dan lucu!
Wayang Show


MASJID ISTIQLAL
Masjid Istiqlal, Indonesian National Mosque

Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.

Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.
(cr : Wikipedia)

Sambil menunggu dek Meily yang katanya mau menyusul ke eskrim Ragusa, akhirnya kami memutuskan untuk mampir shalat di Masjid Istiqlal. Sudah lama aku nggak kesini. Ketika masuk, kami menukar KTP dengan mukena dan langsung menuju tempat wudhu.

National Mosque we are here!

Aku kurang tahu juga ya, apa karena baru habis dipakai acara, karena masjid ini kotor sekali. Banyak sampah berserakan. Kecewa juga sih, karena sebagai umat muslim yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersihan, kok masjidnya kotor. Buat apa ke masjid kalau ujung-ujungnya mengotori tempat ibadah yang suci. Jika saja tiap orang mau membuang sampahnya masing-masing dan tidak bergantung kepada petugas kebersihan... sudahlah.
Alhamdulillaah

Habis shalat, kami istirahat sebentar sebelum menuju eskrim ragusa. Dimana-mana entah kenapa suasana masjid berhasil membuat saya mengantuk hehee..



ES KRIM RAGUSA


Ini nih si Spaghetti Ice Cream yang diidamkan Galuh (35k)
Ragusa didirikan oleh dua orang berkebangsaan Italia yang bernama Luigie Ragusa dan Vincenzo Ragusa. Mereka datang ke Batavia pada tahun 1930-an untuk belajar menjahit di daerah Jakarta Pusat. Setelah lulus, kedua bersaudara tersebut pergi ke Bandung dan bertemu dengan seorang wanita Eropa yang memiliki peternakan sapi dan memberikan banyak susu sapi kepada mereka. Susu sapi tersebut dimanfaatkan Luigie dan Vincenzo sebagai bahan untuk membuat es krim Italia yang ternyata banyak disukai.Dengan dibantu oleh tiga orang saudara laki-laki lainnya membangun toko es krim Ragusa pertama di Jalan Pos (sekarang Jalan Naripan), Bandung.Dalam menjalankan usahanya, Ragusa dibantu oleh Jo Giok Siaw (Yo Giok Siang), seorang teman di sekolah menjahit.

Serius banget si Galuh ngeliat masnya bikin Ice Cream!
Luigie dan Vincenzo mulai menjual es krim mereka di Pasar Gambir (Jakarta Fair) sejak tahun 1932. Namun karena tempat tersebut hanya ramai setahun sekali, mereka membuka kafe di Citadelweg (sekarang Jalan Veteran I no. 10), Jakarta Pusat pada tahun 1947. Pada tahun 1945-1972, penjualan es krim ini sempat menurun karena banyaknya pelanggan warga negara asing yang pulang ke negaranya. Setelah periode tersebut, penjualan es krim baru mulai meningkat dan stabil kembali.

Salah seorang dari lima bersaudara Ragusa, yaitu Francesco Ragusa menikah dengan anak perempuan Yo Giok Siang yang bernama Liliana. Pada tahun 1970-an, Ragusa bersaudara dan Liliana pindah ke Grottaglie, Taranto, Italia dan menyerahkan usaha es krim mereka ke adik Liliana yang bernama Buntoro Kurniawan (Yo Boen Kong) dan istrinya Sias Mawarni (Lie Pit Yin).(cr : Wikipedia)



Naaahh.. sekian jalan-jalan kami kali ini.. sampai jumpa di kesempatan jalan-jalan berikutnya yaa..
See u /bye

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment