Agak telat sih posting ini.. masih bimbang antara mau nulis apa nggak.. karena ini masalah ibadah sih,
Tapi akhirnya saya putuskan untuk ditulis saja.. sekedar sharing gak masalah kan ya? Semua gambar disini saya ambil setelah melakukan kewajiban ibadah. Tidak mengganggu jalannya ibadah saya. Maaf jika ada yang kurang berkenan. *bimbangnya 1 tahun.. ahahaha..
Saya adalah orang yang senang travelling. Salah satu impian saya adalah
berkeliling Indonesia dan Seluruh Dunia. Sebelum memutuskan untuk umrah,
saya sudah terlebih dahulu mengunjungi Thailand. Saat itu, saya agak
merasa bersalah. Saya pikir, kenapa saya tidak menggunakan uang ini
untuk umrah? sebelum saya berkunjung ke negara-negara lain lagi,
sepertinya tidak pantas kalau belum mengunjungi Baitullah. Oleh karena
itu tekad saya bulat, saya harus mengunjungi
Baitullah sebelum ke
negara-negara lainnya.
|
King Abdul Aziz Airport |
Pada saat saya memutuskan ingin berangkat, saya bermodal nekat karena uang yang terkumpul baru setengahnya. Setelah daftar dan membayar DP, saya baru berfikir bagaimana cara melunasinya. Tapi alhamdulillaah Bonus keluar bulan berikutnya saat harus membayar pelunasan. Akhirnya saya bisa juga berangkat. Jika sudah ada niat, insyaallah akan dimudahkan *
believe it!
Saya berangkat sendiri, karena biayanya hanya cukup untuk 1 orang. Akhirnya saya bayar mahram karena untuk wanita seusia saya tidak boleh masuk negara itu sendiri. Untungnya, saya bertemu orang yang seumuran dengan saya (Lita) sehingga disana saya tidak benar-benar sendiri.
Tanggal 30 Desember, kami berangkat dengan pesawat Qatar Airways, agak telat pesawatnya sehingga sampai di Dhaha, kami sudah ditunggu untuk transfer pesawat ke Jeddah. Di Imigrasi, saya sempat agak panik karena mahram saya meninggalkan saya dan saya tidak boleh masuk imigrasi. Akhirnya, mahram saya dipanggil dulu dan saya baru boleh masuk. Saat di imigrasi saya dapat ilmu baru, yaitu tidak boleh senyum pada petugas karena dianggap menggoda petugas *hoho. Padahal kalau di Indonesia banyak sekali orang tebar senyum yaaa.. gratis lagi.
|
Sign of Haram Area before Medina City |
Dari Jeddah kami langsung ke Madinah menggunakan bus.Sepanjang jalan, naluri Geoscientist saya bekerja karena disana banyak sekali outcrop sedimen :D. Mungkin teman saya Lita sampai bosan mendengar saya mengoceh tentang batuan. Bagi dia, itu hanya gurun pasir yang gersang tandus dan berbatu.
|
Sediments that makes Geologist eyes Sparkle! Ha! |
Madinah Al-Munawwarah
Sampai di Madinah cuaca disana sedang dingin-dinginnya karena bulan November. Saya harus selalu memakai jaket jika keluar hotel. Saat ke Masjid Nabawi, saya merasa tidak percaya akhirnya saya bisa sampai disini. Melihat keindahan Masjid Nabawi dan payungnya, wow! kalian harus merasakannya sendiri.
Kata pak Ustad, ibadah disini pahalanya dikalikan 1000x dari kita ibadah biasa di tanah air. Bayangkan saja tabungan pahala yang kita dapat dalam sehari, pantas saja seluruh umat muslim di dunia berbondong-bondong datang kesini.
|
First Day Sunrise on Masjid Nabawi, Medina City, captured by Me |
|
Second Day Sunrise on Masjid Nabawi, Medina City, captured by Me |
Saya benar-benar buta tentang umrah karena pertama kali. Ternyata di Masjid Nabawi ini ada yang dinamakan Raudhah atau Taman. Raudhah ini adalah salah satu tempat ijabah doa. Jadi orang-orang ramai sekali berebut untuk berdoa disini. Raudhah ini ditandai dengan karpet hijau. Alhamdulillaah kami sempat shalat disana walau hanya 2 rakaat, gantian dengan orang lain.
|
Sunset on Masjid Nabawi, Medina City, captured by: Me |
Di Madinah ini, banyak sekali toko-toko maupun distro di sekeliling masjid, bahkan H&M dan starbucks saja ada loh! Orang-orang madinah ini ramah-ramah, dan banyak sekali diskon-diskon hijab maupun barang-barang lainnya. Hobi memang tidak bisa ditahan ya, berhubung saya suka foto-foto, alhasil saya mengabadikan beberapa keindahan disini.
|
Me at Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawwarah, Ba'da Maghrib |
|
One of Masjid Nabawi Gates |
Hari selanjutnya, kami city tour di sekitar Madinah, diantaranya adalah masjid Kuba, masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad saw ketika beliau hijrah ke Madinah, dan jabal Uhud.
|
Masjid Kuba, Medina City |
|
Jabal Uhud, Medina City with Lita and Me |
Makkah Al-Mukarramah
Setelah 4 hari di Madinah, siang ini kami berangkat menuju kota Mekkah dengan menggunakan bus. Lama perjalanan dari Madinah kurang lebih 5 jam. Sebelum memasuki kota Mekkah, Kami mengambil Miqaat di Birr Ali serta shalat disana. Setelah Miqaat ini, sudah berlaku hukum-hukum umrah sampai nanti selesai Umrah. Dalam perjalanan menuju kota Mekkah kami menikmati sunset di gurun pasir yang ternyata subhanallaah indah sekali. Langitnya berwarna merah darah, tidak seperti di negara kita yang cenderung oranye. Insting fotografi saya akhirnya keluar lagi, tapi berhubung mengambilnya dari dalam bus, hasilnya tidak begitu memuaskan.
|
Sunset Between Medina and Mecca |
Kami menunggu selesai shalat isya, karena pada waktu shalat, gerbang kota Mekkah ditutup. Sebelum masuk kota Mekkah, Pak Ustad mengingatkan bahwa ibadah di kota ini akan dilipat gandakan sebanyak 100.000 kali. Saya dan Lita langsung berbinar-binar sebelum Pak Ustad menambahkan lagi "Tapi berbuat maksiat disini dosanya juga dilipat gandakan 100.000 kali juga loh" yang membuat kami agak cemberut. ahahaha. Kami sadar bahwa disini kami harus lebih berhati-hati, bisa saja kami melakukan kesalahan kecil yang bahkan mungkin tidak kami sadari tapi dosanya jadi setara dengan dosa besar.
Na'udzubillaahi min dzaalik.
|
Birr Ali, tempat Miqaat Pertama |
Sampai di Mekkah, kami langsung ke Hotel untuk menaruh barang dan bersiap-siap untuk Umrah. Excited, saya dan Lita semangat sekali sampai-sampai tiba di lobby hotel duluan. hehehe.. Hotel kami agak jauh dari Masjidil Haraam, yahh kurang lebih 15 menit berjalan kaki.
|
Masjidil Haraam, Mekkah Al-Mukarramah |
Menginjakkan kaki di Masjidil Haraam, saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya rasakan. Mungkin untuk setiap orang merasakan hal yang berbeda. Sampai disana kami dipandu untuk melakukan rukun Umrah, mulai dari thawaf, sai, dan tahallul.
|
Sai, Between Shafa and Marwa, after Sai's ending. |
|
Zam-zam Water Between Shafa and Marwa |
|
Jenis batuan di Marwa, sudah dilapisi agar tidak rusak, disini kami melakukan Tahallul. |
Ketika umrah, saya tidak berani macam-macam dan mengikuti sesuai aturan, takut umrahnya tidak sah. Tapi setelah umrah, saya bisa memuaskan rasa ingin tahu saya terhadap Ka'bah dan tempat mustajab doa lainnya. Kebetulan, bulan ini sedang sepi pengunjung, yah walaupun tidak bisa dibilang sepi juga sih. Berikut liputannya.
- Ka'bah, karena sepi, kami sering sekali mendapat kesempatan mendekat ke Ka'bah. Penasaran, saya mencoba mendekat ke arah salah satu tirai yang terbuka. Apakah yang saya lakukan? Ya, saya melihat jenis batuan yang menyusun Ka'bah. hehee.. Karena saya bukan geologist, saya memanggil memori saya seadanya tentang batuan. Akhirnya saya menyimpulkan bahwa itu merupakan batuan beku. Fanerik karena mineralnya masih bisa saya bedakan walaupun kecil. Mafik karena mineralnya berwarna dominan gelap. Jadi nama batuannya apa ya?
|
Ka'bah Mekkah Al-Mukarramah |
- Hijir Ismail, terletak di dalam pagar lengkung, di bawah pancuran. Awalnya, saya dan Lita tidak tahu kalau yang mustajab itu hanya yang di bawah pancuran. Kami asal saja yang penting shalat di dalam lengkungan. Tapi setelah diketahui belakangan, ternyata kami memang mendapat tempat di bawah pancuran. Alhamdulillaah.
- Multazam, Multazam terletak di antara Pintu Ka'bah dan Hajar Aswad. Nah inilah tempat yang paliingg ramai. Karena keterbatasan pengetahuan kami, Awalnya Saya dan Lita tidak tahu letak multazam. Selesai shalat di Hijr Ismail kami bertanya kepada laskar dengan bahasa seadanya plus isyarat "Aina multazam?" terus dia menjawab dengan bahasa isyarat pula. "Baina Baabul Ka'bah wa Hajr Aswaad" sambil diperagain. Alhamdulillaah kami mendapat kesempatan kesana dan memegang pintu Ka'bah, sekedar penasaran dan mengamati bordiran penutup pintu yang indah, sekalian mengintip kalau-kalau bisa melihat ke dalam. Hehee. Kami terdorong lama di area multazam yang kami pakai untuk berlama-lama memanjatkan doa seingat yang bisa kami panjatkan. *Kesempatan langka. Kalau sudah begini, saya dan Lita sibuk sendiri-sendiri.
- Maqam Ibrahim, tempat ini adalah salah satu tempat yang membuat saya penasaran. Tempat ini merupakan cetak tapak Kaki Ibrahim. Cetak kaki ini dikurung dalam kurungan seperti sangkar berwarna emas. Penasaran, saya menempelkan wajah saya dan melihat kedalam kaca buram yang ternyata memang terlihat ada cetak kaki di dalamnya. Kita disunnahkan untuk mendirikan shalat 2 rakaat di belakang Maqam. Alhamdulillaah kami bisa menunaikannya.
Alhamdulillaah saya mendapatkan teman seperjalanan yang semangat sehingga saya pun menjadi semangat. Penasaran saya juga terbayarkan semua. Anehnya ketika berada di Makkah maupun Madinah, saya jadi terbawa orang-orang yang semangat beribadah bahkan tontonan tv pun jadi tidak menarik. Memang lingkungan dapat mempengaruhi yaa.. makanya jika kita bergaul dengan orang-orang shaleh kita dapat tertular juga. Berikut ini saya tambahkan beberapa kejadian unik yang saya alami.
Kejadian Unik di Tanah Haram
Sebenernya agak malu untuk menceritakan yang ini, tapi nggak papa untuk dijadikan pelajaran saja. Salah satu hal yang saya pelajari disini adalah jangan berbicara sembarangan, di dalam hati apalagi disebut. Ada dua kali pengalaman unik yang saya alami. Akan saya ceritakan kedua-duanya, semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita semua.
Kejadian Pertama, hari dimana kami berencana akan City Tour. Pukul tiga pagi, saya dan teman saya sudah berada di Lobby hotel untuk menuju ke Masjidil Haraam. Keluar dari hotel, ternyata hujan rintik-rintik. Teman saya mengajak kembali lagi ke kamar untuk mengambil payung. Lalu saya bilang,
"Ah tidak usah ambil payung, sederas-derasnya hujan di Mekkah paling nggak bakal sederas hujan di Indonesia". Naahh.. ini adalah kalimat kesalahan saya yang pertama. Teman saya balik lagi ke kamar untuk mengambil payung, saya akhirnya jalan sendiri ke Masjidil Haraam. Dan apa yang terjadi, di tengah-tengah perjalanan, hujan menjadi deras-sederas derasnya. Posisi saya saat itu ditengah-tengah antara hotel dan Masjidil Haraam dan tidak ada tempat untuk berteduh. Jadilah saya basah kuyup. Saat itu saya menyadari kesalahan saya dan memohon ampun pada Allah swt. Tapi ternyata Allah belum selesai memberikan pelajaran untuk saya.
Sepanjang city tour, langit dihiasi kabut dan awan mendung. Tak henti-hentinya awan menumpahkan hujan yang cukup deras *sederas hujan yang bisa terjadi di Indonesia, saya akui. Hal yang jarang terjadi di kota Mekkah. Ketika kami berfoto di Jabal tsur, Pak Ustad sampai berkata --Wah, ini foto kok kayak di puncak yaa.. bakal nggak ada yang percaya nih kita di Jabal Tsur-- saking berkabutnya Jabal Tsur sehingga puncaknya saja tidak terlihat.
|
Me at Jabal Tsur, Heavy Clouds |
Pelajaran kedua saya terjadi di Jabal Rahmah. Walaupun hujan rintik-rintik dan langit masih berkabut, saya dan Lita tetap bersemangat mendaki Jabal Rahmah. Jalannya hanya setapak dan terdiri dari batu-batu yang licin sehingga kami berjalan dengan pelan-pelan. Sampai di tugu Jabal Rahmah yang dipenuhi orang, kami berfoto-foto dan menikmati pemandangan di atas. Sayang, banyak coret-coretan di tugu tersebut karena mitos yang dipercaya sebagian orang. Banyak pula foto-foto orang bertebaran yang disebabkan oleh mitos pula. Beberapa lama kemudian, hujan terasa semakin deras. Kami dan orang-orang sekitar saya mulai bersiap untuk turun, karena di atas sini tidak ada tempat untuk berteduh sama sekali.
|
Heavy Clouds on Jabal Rahmah |
Ketika kami hendak turun, kami dipanggil suami istri Turki. Ternyata mereka ingin berfoto bersama kami. Agak gelisah, kami tetap menuruti permintaan suami istri yang sudah agak renta tersebut. Si Kakek meminta kami berpose dengan istrinya, dan dia yang mengambil gambar. Setelah itu, kami kira kami bisa langsung turun, tapi ternyata si kakek mau ikut berfoto juga sehingga ia mencari orang lain untuk mengambil gambar kami. Hujan semakin deras sehingga kami gelisah. Tapi kami tetap menuruti permintaan si kakek karena nggak tega juga. Benar saja, selesai berfoto, hujan turun dengan deras dan kami langsung sibuk mencari jalan tidak menengok-nengok ke belakang lagi untuk memperhatikan si Kakek Nenek. Kalau sekarang dipikir-pikir, saya jadi penasaran itu Kakek Nenek manusia beneran apa nggak ya? atau hanya untuk menguji kami?
Perjalanan turun dari jabal Rahmah diiringi oleh derasnya hujan. Berhubung jalanan licin dan curam, kebanyakan orang turun dengan perlahan, sedangkan kami menjadi orang yang terakhir berada di Puncak Jabal Rahmah menunggu antrian turun. Derasnya hujan membuat kami kedinginan juga dan akhirnya memutuskan untuk berteduh di bawah sebuah cekungan batu besar sambil menunggu giliran turun. Di bawah batu saya sudah pasrah karena menyadari ini adalah salah satu buah dari kesalahan saya sendiri. Alhamdulillaah Allah masih mau mengingatkan saya, akan lebih buruk jika kita diabaikan. Kejadian ini sampai sekarang masih melekat kuat di hati dan pikiran saya.
|
Basah dari Ujung Kepala sampai Ujung Kaki |
Sampai di bus, ternyata kami berdua sudah dicari-cari seantero rombongan yang khawatir dua anak gadis kok belum muncul-muncul. Padahal, kami muncul sambil nyengir kuda dan basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kesengsaraan saya belum cukup sampai disitu karena saya harus berada dalam bus AC dalam keadaan basah kuyup sampai akhir City Tour. Alhamdulillaah saya masih diberikan sehat, kalau tidak saya tidak akan bisa melaksanakan umrah kedua.
Kejadian Kedua, kejadian yang satu ini bukan kejadian yang memalukan sih. Tapi cukup untuk menyadari bahwa kalau berdoa atau meminta sesuatu jangan sembarangan dan harus spesifik ya. Saat itu posisi saya habis shalat dhuha di masjidil haraam sendirian. Niatnya mau sampai dzuhur disana sambil cari kesempatan untuk melihat Hajar Aswad. Memang saya sangat penasaran seperti apa rupa Hajar Aswad itu yang konon dapat menghisap segala dosa sehingga orang berbondong-bondong menciumnya. Beberapa orang bahkan terlihat brutal dan agak memaksa di sekeliling Hajar Aswad sehingga saya dan teman saya menyerah pada kali pertama mencoba. Hari terakhir ini, sebelum esok subuh thawaf wada' saya nekad mantengin Ka'bah sendirian. Melirik Ka'bah, sepertinya sedang sepi orang yang thawaf. Mendekat ke ka'bah, agak takut juga karena biasanya bareng Lita. Akhirnya saya thawaf mendekati orang-orang asia biar dikira rombongan mereka. Ehhehee..
Sebelumnya, saya sudah mencari tahu bagaimana caranya agar bisa mendekat ke Hajar Aswad, yaitu melipir dari arah Multazam (tempat antara Pintu Ka'bah dan Hajar Aswad) lalu berjalan ke arah sebaliknya dari kebanyakan orang. Sambil thawaf, saya mulai mendekati pintu Ka'bah, dan ketika saya sampai di pintu, saya melipir ke kiri, ternyata ada cewek Indonesia yang juga sedang mempraktekkan hal yang sama. Saat di multazam, saya hanya mengikuti arus dorongan orang lain, tidak memaksakan ke arah hajar aswad sambil berdoa karena multazam adalah salah satu tempat ijabahnya doa, kenapa harus disia-siakan dengan konsentrasi ngotot ke Hajar Aswad?
Agak seram melihat perlombaan mencium Hajar Aswad, bahkan ada yang susah buat keluar sampai jilbabnya lepas, hampir pingsan dan digotong di atas melewati kerumunan orang. Nah, saat itu saya membatin
"Ya Allaah, saya benar-benar penasaran seperti apa Hajar Aswad itu, pegang saja nggak apa-apa deh". Dan kalian tahulah kelanjutan cerita ini. Itu pula yang benar-benar terjadi. Allah mengabulkan seperti apa yang saya minta walaupun itu cuma membatin.
Beberapa saat setelah membatin, saya memang mendapat kesempatan melihat Hajar Aswad yang menurut penglihatan saya berwarna hitam kehijauan dan sempat memegang permukaannya yang halus. Ketika saya hendak mencium, saya terdorong ke belakang dan lancar tanpa mendapatkan kesulitan apapun tiba-tiba saya sudah di luar area pergumulan. Ketika itu saya sadar dengan apa yang sudah saya minta. Saya amazed dan puas sudah mendapatkan apa yang saya minta. Jadi, apa yang saya minta itulah yang akan saya dapat.
|
Masjidil Haraam, Mekkah Al-Mukarramah |
|
Jeddah
Hari terakhir sebelum take off, kami berkeliling kota Jeddah, mengunjungi Masjid terapung yang terkenal, dan belanjadi Alimurah :)
|
Shalat di Masjid Terapung |
|
Depan Masjid Terapung |
|
Sekali-kalinya ke Pantai Pake Gamis |
Nah, Begitulah pengalaman saya disana.. semoga bermanfaat untuk kita semua.. aamiinn... /bye
Mbak menggunakan travel apa. Saya lg cr info travel yg recommend buat brgkt umroh. Doakan y mb. Terima kasih
ReplyDeletePake travel multazam utama.. semoga lancar yaa.. aaamiinnn
DeleteMba wkt umroh harus sekamar dengan mahram atau tidak?
ReplyDeletenggak lah say.. mahrom cuma untuk kepentingan imigrasi aja kok..
DeleteHalo Mba Mawar, terima kasih atas sharingnya. Luar biasa membantu menguatkan hati saya yang Insha Allah akan berangkat umrah sendiri di bulan Februari 2016. Inspiratif sekali :) salam kenal.
ReplyDeleteAlhamdulillah kalau bisa membantu.. terima kasih ya udah mau mampir ke blog aku.. salam kenal juga mba :)
DeleteHi Mba Mawar jika boleh tau untuk mahram apakah hanya untuk saat kita memasuki SAUDI ? Lalu bagaimana keseharian dan aktivitas disana? Apakah harus selalu di dampingi oleh Mahram ? untuk yang umrah sndirian lbh baik paket kamar yang mana ya mba kira kira?
ReplyDeleteTerimakasih sarannya
halo.. iya mahram hanya untuk di imigrasi saat masuk ke saudi, kesehariannya kita tidak harus selalu didampingi mahram. Kalau saya sih ambil yang quad biar lebih murah, nanti sekamar dengan peserta yg juga sendirian..
Deleteselamat umrah, semoga bermanfaat
Makasih mbak sharingnya,
ReplyDeleteinsyaAllah saya akhir april pergi ke sana sendiri,
pengalaman mbak bisa jd pelajaran buat saya,
cerita sangat menginspirasi sekali dan bermanfaat buat yang baru pertama kali umroh..terima kasih ya sudah berbagi
ReplyDeleteMasyaaAllah cerita nya buat hati saya bergetar mba. Semoga saya secepatnya nyusul untuk umroh. Aamiin
ReplyDelete